Sabtu, 28 April 2012

Alat Tangkap Ikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Alat tangkap adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Berbagai macam kepentingan yang dapat “hidup” dan berkembang karena adanya alat penangkap ikan yang diperankan oleh para nelayan di seluruh dunia adalah aspek ketenaga-kerjaan, aspek ekonomi, aspek perdagangan/komersial, aspek sosial dan organisasi, aspek pertahanan dan keamanan Negara, aspek kesehatan.
Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap), sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki karakteristik; skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana, jangkauan operasi penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan produktivitas yang relatif masih rendah. Menurut Barus et al. (1991), produktivitas nelayan yang rendah umumnya disebabkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan akhirnya berpengaruh juga pada tingkat kesejahteraannya.

Agar pemanfaatan sumberdaya ikan dengan alat tangkap memperoleh hasil yang optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi, teknis maupun ekonomi. Aspek biologi terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk factor lingkungan. Aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan, berupa alat tangkap, armada penangkapan, alat pendeteksi ikan dan sarana penangkapan lain, sedangkan aspek ekonomi menyangkut modal yang dikeluarkan dalam upaya pengembangan perikanan tersebut (Kurniawati, 2005).
Menurut Dahuri (2000), tingkat pemanfaatan ikan demersal di wilayah Laut Cina Selatan yang berbatasan langsung dengan Propinsi Kalimantan Barat baru mencapai 42,8% dengan peluang pengembangan sebesar 47,2% dari potensi sebesar 655,65 ribu ton/tahun. Hal ini berarti bahwa Propinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah perairan yang termasuk kategori masih potensial untuk ditingkatkan produksinya (Widodo et al., 1998).
Ikan kakap merah atau red snapper merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting dan tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Pontianak. Ikan ini telah cukup lama dimanfaatkan sebagai salah satu produk perikanan dan sejak tahun 1999/2000 merupakan ikan kelas 1 (satu) di Kabupaten Pontianak karena pangsa pasar yang luas namun produksinya kecil sehingga pemanfaatannya akan terus ditingkatkan untuk mendukung ekspor maupun kebutuhan lokal.
Keragaan alat tangkap dalam memanfaatkan ikan kakap merah di Kabupaten Pontianak cukup beragam, terdiri dari rawai hanyut, rawai tetap dan bubu (Dinas Perikanan dan Kelautan, 2006). Kecamatan Mempawah Hilir merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Pontianak yang melakukan penangkapan ikan kakap merah dengan menggunakan bubu, baik bubu bambu maupun bubu jaring. Dahulu, pengoperasian kedua jenis alat tangkap ini menggunakan pecahan piring berwarna putih susu sebagai pemikat ikan untuk masuk ke dalam bubu. Namun sekarang, pecahan piring tersebut sudah tidak digunakan lagi, sehingga pengoperasian kedua jenis alat tangkap ini tanpa menggunakan umpan. Meskipun demikian, ikan yang tertangkap cukup beragam dan merupakan ikan ekonomis penting, seperti Lutjanus sp, Lutjanus johni, Pomadasys sp, Plectropoma leopardus, Panulirus sp, Cheilinus undulatus, dan lain-lain.
Selain itu, pada pengoperasian untuk menangkap ikan kakap merah, bubu bambu direndam selama empat hari sedangkan bubu jaring direndam selama tiga hari. Hingga saat ini, belum diketahui berapa lama perendaman yang efektif untuk menangkap ikan kakap merah diantara kedua jenis bubu dan apakah usaha perikanan bubu di Mempawah Hilir masih memberikan keuntungan atau telah mengalami kerugian. Hal ini perlu diketahui, karena selama ini usaha perikanan bubu di Mempawah Hilir dijalankan lebih kepada tradisi, belum memperhitungkan factor ekonomi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga dihitung nilai Return-Cost Ratio untuk menentukan usaha perikanan bubu yang menguntungkan di Mempawah Hilir.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Bennet (1974) dalam Krouse (1988), menjelaskan bahwa ada hubungan antara durasi waktu saat setting dimulai sampai hauling, dan hal ini sangat berkaitan dengan pengaruh lama perendaman alat tangkap terhadap hasil tangkapan rata-rata dari spesies yang menjadi target tangkapan. Penelitian Anung dan Barus (2000), pada bubu dengan mulut dua yang di rendam selama satu hari di Selat Sunda memberikan hasil tangkapan yang lebih baik bila dibandingkan dengan bubu dengan mulut satu dan dua yang di rendam selama tiga hari, dengan umpan ikan pelagis (banyar) dan ikan demersal (remang).
Penelitian-penelitian tentang alat tangkap bubu dalam operasi penangkapan yang telah dilakukan, antara lain: pengaruh kedalaman dan kontur dasar perairan terhadap hasil tangkapan kakap merah (Lutjanus malabaricus) (Urbinas, 2004); pengaruh kedalaman pemasangan bubu terhadap hasil tangkapan kakap merah (Lujanus sanguineus) (Nurhidayat, 2002); selektivitas ukuran ikan kakap (Lutjanus sp.) pada bubu yang dilengkapi dengan celah pelolosan (escaping gaps) (Tirtana, 2003); uji coba alat tangkap bubu dengan ukuran mesh size berbeda (Ariefandi, 2005); pengaruh penggunaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan ikan karang pada alat tangkap bubu (traps) (Mawardi, 2001); pengoperasian bubu dengan umpan dan konstruksi funnel yang berbeda terhadap hasil tangkapan ikan laut dalam (Susanto, 2006) dan studi tentang pengaruh pemasangan leader net terhadap hasil tangkapan dan tinjauan tingkah laku ikan karang pada alat tangkap bubu sayap (Mawardi, 1998).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka telah dilakukan penelitian mengenai “Pemanfaatan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) dengan Bubu di Perairan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak“.

1.2.        Rumusan Masalah
1.1.        Bagaimana cara kerja alat tangkap ?
1.2.        Dimana alat tangkap itu digunakan ?
1.3.        Ikan apa saja yang dapat ditangkap ?



1.3.        Tujuan
1.3.1.    Untuk mengetahui cara kerja alat tangkap
1.3.2.    Untuk mengetahui daerah penangkapan untuk alat tangkap jaring
1.3.3.    Untuk mengetahui cara kerja alat tangkap, daerah yang dapat menggunakan alat tangkap tersebut dan ikan apa saja yang dapat ditangkap



BAB II
PEMBAHASAN
ALAT TANGKAP IKAN DI LAUT

1.    Mini Trawl
Trawl didefinisikan sebagai jaring yang berbentuk kantong yang ditarik satu atau dua buah kapal bermotor dan menggunakan alat pembuka mulut jaring yang disebut gawang (beam) atau sepasang alat pembuka (otter board) atau karena ditarik oleh dua buah kapal motor. Disini jaring bergerak bersama kapal motor untuk jangka waktu tertentu.
Mini trawl merupakan jenis otter trawl yaitu trawl yang terbukanya mulut jaring disebabkan oleh dua buah papan/alat pembuka mulut jaring (otter board) yang dipasang pada ujung sayapnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan tali selambar yang panjangnya tergantung kedalaman perairan di daerah penangkapan ikan dan situasi penangkapan.
Didalam alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat fishing ground, antara lain sebagai berikut:
1.    Dasar fishing ground terdiri dari pasir, Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.
2.    Kecepatan arus pada mid water tidak besar ( dibawah 3 knot ) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar.
3.    Kondisi cuaca,laut, (arus, topan, gelombang, dan lain-lain) memungkinkan keamanan operasi.
4.    Perubahan milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan lain kontinuitas recources dijamin untuk diusahakan terus-menerus.
5.    Perairan mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta recources yang melimpah.



2.    Payang
Payang termasuk grup pukat kantong yaitu jaring yang memiliki kantong dan dua buah sayap. Metode penangkapan ikan dilakukan dengan cara menarik pukat kantong tersebut ke arah kapal yang berhenti atau ke arah daratan melalui kedua sayapnya. Dilihat dari alat konstruksi alat, alat ini sama dengan trawl, tetapi mempunyai sayap lebih panjang dan berbeda dalam operasi penangkapan, dimana trawl bergerak bersama-sama kapal, sedangkan pukat kantong hanya jaring yang bergerak.
Payang (termasuk lamparan permukaan) merupakan pukat kantong yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis di laut dengan kedalaman 600 – 3000 kaki.


 
3.    Gill Nets
a.    Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Nets)
Jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh bidang jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung pada tali ris atasnya. Dalam operasi penangkapan, jaring dipasang tegak lurus di dalam air dan menghadang arah gerak ikan.Ikan-ikan tertangkap karena tutup insang tersangkut pada mata jaring atau terpuntal oleh jaring tersebut.
Jaring Insang Hanyut merupakan jaring insang yang dalam metode penangkapannya dibiarkan hanyut terbawah arus dan salah satu ujungnya dikaitkan pada kapal/perahu.Di perairan umum, daerah penangkapan ikan jaring insang hanyut hanya dilakukan di sungai. Dalam operasi penangkapan jaring akan hanyut terbawa oleh arus sungai.



b.    Jaring Insang Tetap (Set Gill Nets)
Jaring Insang Tetap adalah jaring insang yang dalam metode penangkapan ikannya dipasang menetap untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan jangkar atau pemberat di daerah penangkapan ikan.Posisi pemasangan jaring dalam operasi penangkapan dapat bervariasi tergantung kepada ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
Di Pantai Timur Sumatera wilayah Kabupaten OKI jaring ini dikenal dengan jaring kakap, jaring belanak dan jaring kepiting/rajungan.


BAB III
PENUTUP

3.1.        Kesimpulan
Alat tangkap adalah sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Berbagai macam kepentingan yang dapat “hidup” dan berkembang karena adanya alat penangkap ikan yang diperankan oleh para nelayan di seluruh dunia adalah aspek ketenaga-kerjaan, aspek ekonomi, aspek perdagangan/komersial, aspek sosial dan organisasi, aspek pertahanan dan keamanan Negara, aspek kesehatan.
   Macam-macam alat tangkap jarring :
1.    Purse seine
2.    Gill Net (Hanyut dan Tetap)
3.    Payang
4.    Trawl
5.    Lampara
6.    Dogol

3.2.        Saran
Diharapkan semua mahasiwa dapat lebih mengerti arti ataupun macam-macam dari alat tangkap untuk ikan dan cara menggunakannya.



DAFTAR PUSTAKA

                                      . 2011. Macam-macam Alat Tangkap. http://www.google.com/macam-macam-alat-tangkap-ikan di akses pada tanggal 20 Desember 2011.
                                      . 2011. Pengertian Alat Tangkap Ikan. http://www.google.com/pengertian-alat-tangkap-ikan di akses pada tanggal 20 Desember 2011.




HASIL DISKUSI

Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup penangkapan/ pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut/perairan umum secara bebas. Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen atau subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan lainnya,meliputi :  sarana produksi, usaha penangkapan, prasarana, pengolahan, dan pemasaran. Seharusnya harus ada pengolahan tersendiri untuk operikanan tangkap, karena :
1.    Perikanan tangkap berbasis pada sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui, namun dapat mengalami deplesi atau kepunahan. Sumberdaya ikan memiliki kelimpahan yang terbatas, sesuai kapasitas habitatnya.
2.    Sumberdaya ikan dikenal sebagai sumberdaya milik bersama (common property) yang rawan terhadap tangkap lebih (overfishing).
3.    Pemanfaatan sumberdaya ikan dapat merupakan sumber konflik (di daerah penangkapan ikan maupun dalam pemasaran hasil tangkapan).


1 komentar:

  1. Betway - How to withdraw funds and withdraw - DRMCD
    You can find information about Betway withdrawal methods for depositing and withdrawing your funds 수원 출장안마 directly 익산 출장안마 to your 사천 출장안마 mobile 안동 출장샵 account using the methods that you 영주 출장안마

    BalasHapus